08/02/10

#09 Krompyang!

dan pecahan itu mengakhiri karir Badrun sebagai pelayan di kedai Koh Andri.
..
Badrun melihat kiri kanan. Belum sampai tengokan yang ke kanan, pundaknya di remas kencang oleh Bayu, si tukang sapu. Badrun langusng terngiang pembicaraannya tadi pagi saat makan roti satu tangkap andalan Istrinya.

"Pak, itu si Heru kasian bajunya udah belel sekali, boleh lah saya ambil uang sisa bangun rumah itu, buat ajak dia ke pasar baru, beli satu atau dua pasang."

Tapi Badrun tau Koh Andri tidak pernah perduli. Kesalahan harus diganjar dengan setimpal. Toh Badrum bukan yang paling gemilang pula di tempat dia bekerja. ini bukan kali pertamanya Ia menjatuhkan nampan. Yang pertama dan kedua bunyinya agak lebih nyaring. Yang kedua bahkan pecahannya hampir mengenai pengunjung.

Koh Andri pernah bilang, yang bikin dia selalu menggelincirkan makanannya itu cincin kawinnya. Terlalu besar katanya. membuat permukaan nampan jadi tidak rata, sehingga mudah untuk dijatuhkannya .Tapi berpikir untuk melepaskannya pada saat bekerja tidak sekalipun pernah. Cincin kawin ya cincin kawin. Kalo dia lepas, berarti dia tidak beristri. Kalo tidak beristri, ya berarti bukan Badrun.

Berakhirlah dia di depan pintu kontrakannya. Tanpa harus membuka pintu, dia tahu persis kegiatan yang ada di dalam rumah itu, tepat pukul 19.00. Keadaannya adalah Heru yang baru selesai menghapalkan materi ujian, dan istrinya sedang menyiapkan makan malam. Badrun tidak tahu mau bilang apa ke mereka. Di dalam kepalanya muncul banyak opsi. Berbohong, atau sengaja tidak memberitahu atau hanya diam.

Badrun tidak pernah menyangka, kesalahan fatalnya bisa mempengaruhi keadaan seluruh keluarga. Badrun tidak pernah sadar bahwa itulah hidup orang dewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar