07/02/10

#01 Move on Violet





Kota itu sunyi. Yang berseliweran hanyalah jerami-jerami tak bertuan. Mati? Mungkin. Mungkin orang-orang sudah lama melupakan kota itu. berdesir di kenangan lama dengan latar warna hitam dan putih. Mega luas tak berbatas mencoba mendefinisikan arti sepi.

Di pinggir jalan utama, ada kedai tua. Berkerak dan berdecit pintunya. Dari semua meja, hanya tinggal dua yang bernyawa. Sisanya lapuk dimakan usia. Pengunjungnya, hanyalah mereka yang sebentar lewat kota itu. tidak spesial.

Dibelakang kedai, ada nenek tua. Violet adalah tipe nenek tua yang hidup dari kenangan-kenangannya. Bila keriputnya bisa bicara, mungkin dia sudah memberitahu violet untuk segera melupakan anak cucunya yang tidak pernah singgah.

Hidupnya berputar-putar, memutar kembali album piringan hitam yang kusam dan tua. Meraih nada-nada mesra dan berpesta dengan memori lama. Sesekali dia bersenandung nada-nada yang sudah renta. Violet terlalu percaya, semuanya akan kembali seperti semula. Dia terlalu pasrah, sampai-sampai lupa membuka mata.

Di hari-hari menjelang dia meninggal dunia, tidak ada satupun orang disebelahnya. Dia hanya menuliskan secarik kertas, sebelum mengakhiri nafasnya.

“Untuk kalian yang tidak pernah mau membuka mata. Melarikan diri hanya akan membuatnya menjadi semakin besar dan menakutkan. Hadapilah, dan jadilah kita manusia seutuhnya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar